Jumat, 16 November 2012

AL-FANA, AL-BAQA, ITTIHAD, AL-HULUL dan WAHDAT AL-WUJUD


AL-FANA, AL-BAQA, ITTIHAD, AL-HULUL dan WAHDAT AL-WUJUD
Makalah Dibuat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Akhlak Tasawuf

 


Disusun oleh :
Mohammad Syahid Ramdhani (1112051000070)

JURUSAN Komunikasi Penyiaran Islam
FAKULTAS Dakwah dan Komunikasi
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012


BAB I
PENDAHULUAN
Akhlak Tasawuf merupakan disiplin ilmu murni dalam Islam. Akhlak dan Tasawuf mempunyai hubungan yang sangat erat. Sebelum bertasawuf, seseorang harus berakhlak sehingga bisa dikatakan bahwasanya At tashawwufu nihayatul akhlaq sedangkan al-akhlaqu bidayatut tashawwuf. Dalam tasawuf, digunakan pendekatan suprarasional yaitu dengan intuisi / wijdan. Intuisi disini maksudnya adalah mengosongkan diri dari dosa. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang AL-FANA, AL-BAQA, ITTIHAD, AL-HULUL dan WAHDAT AL-WUJUD  yang merupakan salah satu komponen dari akhlak tasawuf
LATAR BELAKANG
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan lebih jelas tentang AL-FANA, AL-BAQA, ITTIHAD, AL-HULUL dan WAHDAT AL-WUJUD sehingga teman-teman bisa mempelajarinya dengan lebih mudah.
TUJUAN
Didalam makalah ini baik pemakalah maupun pembaca mampu lebih mendalami dan mengetahui antara AL-FANA, AL-BAQA, ITTIHAD, AL-HULUL dan WAHDAT AL-WUJUD sehingga pemakalah maupun pembaca mendapatkan pengetahuan lebih banyak lagi.



BAB II
PEMBAHASAN
AL-FANA, AL-BAQA dan ITTIHAD
A.     PENGERTIAN, TUJUAN DAN KEDUDUKAN AL-FANA, AL-BAQA DAN AL-ITTIHAD
      Dari segi bahasa al-fana berarti hilangnya wujud sesuatu. Fana berbeda dengan al-fasad
(rusak). Fana artinya tidak tampak sesuatu, sedangkan rusak adalah berubahnya sesuatu kepada sesuatu yang lain. Dalam hubungan ini Ibn Sina ketika membedakan antara benda-benda yang bersifat samawiyah dan benda –benda yang bersifat alam, mengatakan bahwa keberadaan benda alam itu atas dasar permulaany, bukan atas dasar perubahan bentuk yang satu kepada bentuk yang lainnya, dan hilangnya benda alam itu dengan cara fana, bukan cara rusak!.
      Adapun artinya fana menurut kalangan sufi adalah hilangnya kesadaran pribadi dengan dirinya sendiri atau dengan sesuatu yang lazim digunakan pada diri. Menurut pendapat lain, fana berarti bergantinya sifat-sifat kemanusiaan dengan sifat-sifat yang tercela.
      Dalam pada itu Mustafa Zahri mengatakan bahwa yang dimaksud fana adalah lenyapnya indrawi atau kebasyariahan, yakin sifat sebagai manusia biasa yang suka pada syahwat dan hawa nafsu. Orang yang telah diliputi hakikat ketuhanan, sehingga tiada lagi melihat daripada alam baharu, alam rupa dan alam wujud ini, maka dikatakan ia telah fana dari alam cipta atau dari alam makhluk. Selain itu fana juga dapat berarti hilangnya sifat-sifat buruk (maksiat) lahir batin.
      Sebagai akibat dari fana adalah baqa. Secara harfiah baqa berarti kekal, sedang menurut yang dimaksud para sufi, baqa adalah kekalnya sifat-sifat terpuji, dan sifat-sifat Tuhan dalam diri manusia. Karena lenyapnya (fana) sifat-sifat basyariah, maka yang kekal adalah sifat-sifat ilahiah. Dalam istilah tasawuf, fana dan baqa datang beriringan, sebagai mana dinyatakan oleh para ahli tasawuf :

“Apabila tampaklah nur kebaqaan, maka fanalah yang tiada, dan baqa lah yang kekal”

Tasawuf ituialah mereka fana dari dirinya dan baqa dengan tuhannya, karena kehadiran hati mereka bersama Allah.
      Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa yang dimaksud dengan fana adalah lenyapnya sifat-sifat basyariah, akhlak yang tercela, kebodohan dan perbuatan maksiat dari diri manusia. Sedangkan baqa adalah kekalnya sifat-sifat ketuhanan, akhlak yang terpuji, ilmu pengetahuan dan kebersihan diri dari dosa dan maksiat. Untuk mencapai baqa ini perlu
dilakukan usaha-usaha seperti bertaubat, berzikir, beribadah, dan menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji.
      Selanjutnya fana yang dicari oleh orang sufi adalah penghancuran diri (al-fana ‘an al-nafs), yaitu hancurnya perasaan atau kesadaran tentang adanya tubuh kasar manusia. Menurut al-Qusyairi, fana yang dimaksud adalah:

“Fana seseorang dari dirinya dan dari makhluk lain terjadi dengan hilangnya kesadaran tentang dirinya dan tentang makhluk lain itu, sebenarnya dirinya tetap ada dan demikian pula makhluk lain ada, tetapi ia tak sadar lagi pada mereka dan pada dirinya”.

      Kalau seorang sufi telah mencapai al-fana al-nafs, yaitu kalau wujud jasmaniah tak ada lagi (dalam arti tak disadarinya lagi), maka yang akan tinggal ialah wujud rohaniah. Menurut Harun Nasution, kelihatannya persatuan dengan Tuhan ini terjadilangsung setelah tercapainnya al-fana al-nafs. Tak ubahnya dengan fana yang terjadi ketika hilangnya kejahilan, maksiat dan kelakuan buruk diatas. Dengan hancurnya hal-hal ini yang langsung tinggal (baqa) ialah pengetahuan, takwa dan kelakuan baik.
       Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa yang dituju dengan fana dan baqa ini adalah mencapai persatuan secara rohaniah dan batiniah dengan Tuhan, sehingga yang didasari hanya Tuhan dalam dirinya.
      Adapun kedudukannya adalah merupakan hal, karena hal yang demikian tidak terjadi terus-menerusdan juga karena dilimpahkan oleh Tuhan. Fana merupakan keadaan dimana seorang hanya menyadari kehadiran tuhan dalam dirinya, dan kelihatan lebih merupakan alat jembatan atau maqam menuju ittihad (penyatuan rohani dengan tuhan).
      Berbicara fana dan baqa ini erat hubungannya dengan al-ittihad, yakni penyatuan batin atau rohaniah dengan Tuhan, karena tujuan dari fana dan baqa itu sendiri adalah ittihad itu. Hal yang demikian sejalan dengan pendapat Mustafa Zahri yang mengatakan bahwa fana dan baqa tidak dapat dipisahkan dengan pembicaraan paham ittihad. Dalam ajaran itihad sebagai salah satu metode tasawuf sebagai dikatakan oleh al-Badawi, yang dilihat hanya satu wujud sungguhpun sebenar-benarnya yang ada dua wujud yang berpisah dari yang lain karena yang dilihat dan yang dirasakan hanya satu wujud, maka dalam ittihad ini bisa terjadi pertukaran peranan antara yang mencintai (manusia) dengan yang dicintai (tuhan) ataau tegasnya antara sufi dan Tuhan.
      Dalam situasi ittihad yang demikian itu, seorang sufi telah merasa dirinya bersatu dengan Tuhan, suatu tingkatan dimana yang mencintai dan yang dicintai telah menjadi satu, sehingga salah satu dari mereka dapat memanggil yang satu dengan kata-kata: “Hai Aku”.
      Dengan demikian jika seorang sufi mengatakan misalnya “maha suci aku”, maka yang dimaksud aku disitu bukanlah sufi sendiri, tetapi sufi yang telah bersatu batin dan rohaninya dengan Tuhan, melalui fana dan baqa.
B.  TOKOH YANG MENGEMBANGKAN FANA
      Dalam sejarah tasawuf, Abu Yazid Al-Bustami disebut sebagai sufi yang pertama kali memperkenalkan faham fana dan baqa. Nama kecinya adalah Thaifur. Nama beliau sangat istimewa dalam hati kaum sufi seluruhnya.Ketika Abu Yazid telah fana dan mencapai baqa maka dari mulutnya keluarlah kata-kata yang ganjil, yang jika tidak hati-hati memahami akan menimbulkan kesan seolah-olah Abu Yazid mengaku dirinya sebagai tuhan padahal sesungguhnya ia tetap manuisia  biasa, yaitu manusia yang mengalami pengalaman bathin bersatu dengan tuhan. Diantara ucapan ganjilnya ialah: “tisdak ada tuhan melainkan saya. Sembahlah saya, amat sucilah saya, alngkah besarnya kuasaku.”Selanjutnya Abu Yazid Mengatakan “Tidak ada tuhan selain aku, maka sembahlah aku, Maha Suci Aku, Maha Besar Aku.”    
      Selanjutnya diceritakan bahwa: seseorang lewat dirumah Abu yazid dan mengetuk pintu. Abu Yazid bertanya:” siapa yang engkau cari?” Jawabnya:”Abu Yazid.” Lalu Abu Yazid mengatakan: “pergilah”. Dirumah i ni tidak ada kecuali Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Tinggi.”Ucapan yang keluar dari mulut abu yazid itu, bukanlah kata-katanya sendiri tetapi kata-kata itu diucapkannya melalui diri tuhan dalam Ittihad yang dicapainya dengan tuhan. Dengan demikian sebenarnya Abu Yazid tidak mengaku dirinya sebagai tuhan.
C.  FANA DAN BAQA DAN ITTIHAD DALAM PANDANGAN AL-QURAN
      Fana dan Baqa merupakan jalan menuju Tuhan, hal ini sejalan dengan firman Allah surat Al-kahfi ayat 10 yang berbunyi:
“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.”( Q. S. Al-Kahfi, 18: 110).
      Paham ittihad ini juga dapat dipahami dari keadaan ketika Nabi Musa ingin melihat Allah. Musa berkata: “Ya Tuhan, bagai mana supaya aku sampai kepada-Mu?” Tuhan berfirman: Tinggalah dirimu (lenyapkanlah dirimu) baru kamu kemari (bersatu).
      Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa Allah swt. telah memberi peluang kepada manusia untuk bersatu dengan Tuhan secara rohaniyah atau bathiniyah, yang caranya antara lain dengan beramal shaleh, dan beribadat semata-mata karena Allah, menghilangkan sifat-sifat dan akhlak buruk (Fana), meninggalkan dosa dan maksiat, dan kemudian menghias diri dengan sifat-sifat Allah, yang kemudian ini tercakup dalam konsep Fana dan Baqa, hal ini juga dapat dipahami dari isyarat ayat di bawah ini:
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (Q.S. Al-Rahman: 26-27).

BAB III
AL HULUL
A.        PENGERTIAN, TUJUAN DAN KEDUDUKAN HULUL
      Secara harifah hulul berarti Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia tertentu, yaitu manusia yang telah dapat melenyapkan sifat-sifat kemanusiannya melalui fana. Menurut keterangan Abu Nasr al-Tusi dalam al-Luma sebagai dikutip Harun Nasution, adalah paham yang mengatakan bahwa Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat didalamnya setelah kemanusiaan dalam tubuh itu dilenyapkan.
      Sebelum Tuhan menjadikan makhluk, Ia hanya melihat diri-Nya sendiri. Allah melihat pada zatnya sendiri dan Ia pun cinta pada zatnya sendiri, dan cinta inilah yang menjadi sebab wujud dan sebab dari banyaknya ini.
      Al-hallaj berkesmimpulan bahwa dalam diri manusia terdapat sifat ketuhanan (lahut) dan dalam diri Tuhan terdapat sifat ketuhanan (nasut). Jika sifat ketuhanan pada diri manusia menyatu dengan sifat kemanusian pada diri Tuhan maka terjadilah Hulul.
      Berdasarkan uraian tersebut  diatas, maka al-hulu dapat dikatakan sebagai suatu tahap dimana manusia dan Tuhan menyatu secara Rohaniah. Dalam hal ini hulul pada hakikatnnya istilah lain dari al-ittihad sebagaimana telah disebutkan diatas.
       Tujuan dari hulul adalah ketuhanan (lahut) menjelma kedalam diri insane (nasut) dan hal ini terjadi pada saat kebatinan seseorang insane telah suci bersih dalah menempuh perjalanan hidup kebatinan.
B.         TOKOH YANG MENGEMBANGKAN PAHAM AL-HULUL
      Sebagaimana telah disebutkan diatas, bahwa tokoh yang mengembangkan paham al-hulul adalah al-hallaj. Nama lengkapnya adalah Husein Bin Mansur al-Hallaj. Ia lahir tahun 244 H. (858 M), dinegri Baidha, salah satu kota kecil yang terletak di Persia. Dia tinggal sampai dewasa di Wasith, dekat Baghdad, dan dalam usia 16 tahun ia sudah belajar pada seorang sufi yang terbesar dan terkenal bernama Sahl bin Ab-bashrah di Negri Ahwaz.
Dalam paham al-Hulul yang dikemukakan al-Hallaj tersebut ada dua hal yang dapat dicatat. Pertama, bahwa paham al-hulul merupakan pengembangan.


BAB IV
WAHDAT AL-WUJUD
A.        PENGERTIAN DAN TUJUAN WAHDAT AL-WUJUD
      Wahdat al-wujud adalah ungkapan yang terdiri dari dua kata, yaitu wahdat dan al-wujud. Wahdat artinya sendiri, tunggal, atau kesatuan, sedangkan al-wujud artinya ada. Dengan demikian wahdat al-wujud berarti kesatuan wujud. Kata wahdah selanjutnya digunakan untuk arti yang bermacam-macam. Dikalangan ulama kalasik ada yang mengartikan wahdat sebagai sesuatu yang zatnya tidak dapat dibagi-bagi pada bagian yang lebih kecil. Selain itu kata al-wahdah digunakan pula oleh para ahli filsafat dan sufistik sebagai suatu kesatuan antara materi dan roh, substansi (hakikat) dan forma (bentuk), antara yang tampak (lahir) dan yang batin, antara alam dan Allah, karena alam dari segi hakikatnya qadim dan berasal dari tuhan. Pengertian wahdatul wujud yang terakhir itulah yang selanjutnya digunakan para sufi, yaitu paham bahwa antara manusia dan Tuhan pada hakikatnya adalah satu kesatuan wujud.
      Selanjutnya paham ini juga mengambil pendirian bahwa dari kedua aspek batin atau al-haqq yang merupakan hakikat, esensi atau subtansi. Paham ini selanjutnya membawa kepada timbulnya paham bahwa antara makhluk (manusia) dan al-haqq (Tuhan) sebenernya satu kesatuan dari wujud Tuhan, dan yang sebenernya ada adalah wujud Tuhan itu, sedangkan wujud makhluk hanya baying atau foto copy dari Tuhan.
      Dalam wujud lain uraian falsafah ini dapat dikemukakan sebagai berikut. Bahwa makhluk yang dijadikan Tuhan dan wujudnya bergantung kepadanya, adalah sebagai sebab dari segala yang berwujud selain Tuhan. Tuhanlah yang sebenarnya yang memiliki wujud hakiki atau yang wajibul wujud. Sementara itu makhluk sebagai yang diciptakannya hanya mempunyai wujud yang bergantung kepada wujud yang berada pada dirinya, yaitu Tuhan. Dengan kata lain yang mempunyai wujud sebenernya Tuhan dan wujud yang dijadikan ini sebenernya tidak mempunyai wujud. Yang mempunyai wujud sesungguhnya hanyalah Allah.
      Paham Wahdatul Wujud tersebut mengisyaratkan bahwa pada manusia ada unsure lahir dan batin dan pada tuhanpun ada unsur lahir dan batin. Dalam wahdatul wujud ini yang terjadi adalah bersatunya wujud batin manusia dengan wujud lahir tuhan. Dengan cara demikian maka paham wahdatul wujud ini tidak menggagu zat Tuhan dan dengan demikian tidak akan membawa keluar dari islam.
Selanjutnya jika kita buka Al-qur’an, didalamnya akan dijumpai ayat-ayat yang memberikan petunjuk bahwa Tuhan memilki unsur zahir dan batin. Misalnya kita membaca ayat yang artinya berbunyi:
Dialah yang awal dan yang ahir yang zahir dan yang batin, dan Dia maha mengetahui segala sesuatu. (QS. AL-HADID, 57;3)
Dan menyempurnakan untukmu ni’matnya lahir dan batin (QS. LUQMAN, 31:20)
Selanjutnya uraian tentang wujud manusia sebagai bergantung kepada wujud Tuhan sebagaimana dikemukakan diatas dapat dipahami bahwa manusia adalah sebagai makhluk yang butuh dan fakir, sedangkan Tuhan adalah sebagai yang Maha Kaya. Paham yang demikian sesuai pula dengan isyarat ayat yang artinya berbunyi:
Hai manusia, kamulah yang berkhendak kepada Allah, dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.(QS. FATHIR, 35:15)
Namun dalam pandangan sufi bahwa yang dimaksud dengan zahir adalah sifat-sifat Allah yang tampak, sedangkan yang batin adalah zat-Nya. Manusia dianggap mempunyai unsure tersebut karena manusia berasal dari pancaran Tuhan. Selanjutnya pada ayat 31 surat Luqman di atas dinyatakan bahwa yang lahir dan batin itu merupakan nikmat yang dianugrahkan Tuhan kepada Manusia. Ayat yang demikian itu jelas bahwa pada manusia juga ada unsur Lahir dan Batin.
B.         TOKOH YANG MEMBAWA PAHAM WAHDATUL WUJUD
      Paham wahdatul wujud dibawa oleh Muhyidin Ibn Arabi yang lahir di Murcia, Spanyol di tahun 1165. Setelah selesai studi di Seville, beliau pindah ke Tunis di tahun1145, dan disana ia masuk aliran sufi. Di tahun 1202 M. Ia pergi ke Mekkah dan meninggal di Damaskus tahun1240 M. Selain sebagai sufi, beliau juga dikenal sebagai penulis yang produktif. Menurut Hamka, Ibn Arabi dapat disebyt sebagai orang yang telah sampai pada puncak wahdatul wujud. Dia telah menegakan pahamnya dengan berdasarkan renungan fikiran dan filsafat dan zauq tasawuf. Ia menyajikan ajaran tasawufnya dengan bahasa yang agak berbelit-belit dengan tujuan untuk menghindari tuduhan, fitnah dan ancaman kaum awam. Baginya wujud (yang ada) itu hanya satu. Wujudnya makhluk adalah ‘ain ujud khaliq. Pada hakikatnya tidaklah ada pemisah antara manusia dan Tuhan. Kalau dikatakan berlainan antara khalik dan makhluk itu hanyalah lantaran pendeknya paham dan akal dalam mencapai hakikat

 PENUTUP
 Kesimpulan
Fana adalah proses menghancurkan diri bagi seorang sufi agar dapat bersatu dengan Tuhan. Sedangkan Baqa adalah sifat yang mengiringi dari proses fana dalam penghancuran diri untuk mencapai ma’rifat. Secara singkat, Fana adalah gugurnya sifat-sifat tercela, sedangkan Baqa adalah berdirinya sifat-sifat terpuji. Adapun tujuan Fana dan Baqa adalah mencapai penyatuan secara ruhaniyah dan bathiniyiah dengan Tuhan sehingga yang disadarinya hanya Tuhan dalam dirinya. Sedangkan kedudukan Fana dan Baqa merupakan hal. Dalam sejarah tasawuf, Sufi yang pertama kali memperkenalkan paham Fana dan Baqa adalah Abu Yazid al-Bustami. Ittihad adalah kondisi penyatuan hamba dengan tuhannya, setelah melalui peniadaan diri, penyaksian, penemuan zat dengan rasa kenikmatan yang luar biasa, maka ini juga yang disebut kebahagiaan yang tinggi atau kebahagiaan yang sempurna. Hulul diartikan sebagai penyatuan hamba dengan tuhannya, setelah zatNya melebur kedalam tubuh hambaNyan Wihdatu al-wujud yaitu kesatuan dari dua wujud yang berbeda yaitu wujud pencipta atau tuhan (al-khaliq)dan wujud ciptaan atau hamba (al makhluq).      Wahdat al-wujud adalah ungkapan yang terdiri dari dua kata, yaitu wahdat dan al-wujud. Wahdat artinya sendiri, tunggal, atau kesatuan, sedangkan al-wujud artinya ada. Dengan demikian wahdat al-wujud berarti kesatuan wujud. Kata wahdah selanjutnya digunakan untuk arti yang bermacam-macam.


DAFTAR PUSTAKA
NATA, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

PENGERTIAN AL MAQAMAT DAN AL AHWAL


1)      Pengertian Maqamat
Secara harfiah Maqamat berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat orang berdiri atau pangkal mulia. Istilah ini selanjutnya digunakan untuk arti sebagai jalan panjang yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada dekat kepada Allah.
Dalam bahasa inggris Maqamat dikenal dengan istilah stages yang artinya tangga. Sedangkan dalam ilmu tasawuf maqamat berarti keddudukan hamba dalam pandangan Allah berdasarkan apa yang telah diusahakan, baik melalui Riyadhah, Ibadah, maupun mujahadah.

2)      Pengertian Ahwal
Secara Bahasa Al Ahwal merupakan jamak dari kata tunggal ha}l yang berarti keadaan atau sesuatu (keadaan rohani), menurut syekh Abu Nash As-sarraj, ha}l adalah sesuatu yang terjadi yang mendadak yang bertempat pada hati nurani dan tidak bertahan lama.
Menurut harun nasution, dalam Bukunya abuddin Nata Akhlak Tasawuf. Hal atau akhwal merupakan keadaan mental perasaan senang, perasaan takut, perasaan sedih, dan sebagainya.
Sedangkan Menurut imam al Ghozali dalam Bukunya Tim Penyusun MKD Iain Sunan Ampel Surabaya. menerangkan bahwa, hal adalah kedudukan atau situasi kejiwaan yang dianugrahkan Allah kepada seorang hamba pada suatu waktu, baik sebagai buah dari amal saleh yang mensucikan jiwa atau sebagai pemberian semata.
Pada Istilah Maqam atau arti jamak adalah maqamat , sebagaimana juga ahwal, yang dipahami berbeda menurut para sufi. Namun semuanya sepakat dalam memahami maqamat yang berarti kedudukan seorang pejalan spiritual atau sufi di hadapan ALLAH yang diperoleh melalui kerja keras dalam beribadah kepadaNya, bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu (mujahadah), serta latihan-latihan keruhanian budi-pekerti (adab) yang dapat membuatnya memiliki syarat - syarat dalam melakukan usaha - usaha untuk menjalankan berbagai kewajiban dengan baik dan mendekati sempurna.
Sedangkan hal atau arti jamak adalah ahwal adalah suasana atau keadaan yang menyelimuti kalbu, yang diciptakan sebagai hak prerogatif pada Allah dalam hati setiap hambanNya, tidak ada sufi yang mampu merubah keadaan tersebut apabila datang saatnya, atau memperhatikannya apabila pergi.
Meskipun pengertian dari Maqamat dan Ahwal ini pada dasarnya merupakan suatu kesepakatan atau persetujuan para kaum sufi, Mereka tentu saja adalah hasil ijtihad dan juga bukan dari bagian kepastian-kepastian dalam aturan Islam qath’iyyat. Karena hal itu, bukan hanya merupakan pengertian yang tidak dijumpai di kalangan di luar materi tasawuf, bahkan para sufi masing – masing berbeda-beda dalam perinciannya.
Intinya adalah, macam-macam pengertian ini diperkenalkan dengan maksud sebagai bagian dari pentingnya disiplin dalam tasawuf, yang tujuan perjalanan spiritual , baik itu pemahaman tentang Allah, keridhaanNya, Cinta-Nya dapat dicapai dengan demikian, kesimpulan yang ditarik oleh para sufi berdasarkan pemahaman mereka tentang konsep-konsep yang menyusun urut-urutan dan macam-macam maqamat dan ahwal dan atau berdasarkan pengalaman yang mereka jalani sendiri ketika menempuh jalan spiritual. Dengan demikian, tidak semua pejalan spiritual harus mengikuti, menjalani, atau mengalami maqamat dan ahwal persis sebagaimana disebutkan oleh para sufi itu untuk dapat mencapai tujuan perjalanan spiritual. Yang pasti, dibutuhkan kualifikasi-kualifikasi spiritual yang terkait dengan keadaan hati dan ketinggian akhlak untuk meraih hal itu. Dan semuanya itu diyakini dibutuhkan upaya keras dan bersungguh-sungguh dalam melawan hawa nafsu mujahadah serta latihan-latihan keruhanian riyadhah

A. Istilah-istilah dalam Maqamat dan Ahwal
a. Maqamat
Maqamat, bentuk jamak dari maqam berarti tahapan, tingkatan, atau kedudukan. Jadi, maqamat adalah tahapan rohani yang ditempuh oleh para pengamal tasawuf untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Ada beberapa tingkatan dalam maqam yaitu:
- Tobat
Orang yang menempuh jalan sufi terlebih dahulu harus bertobat dari dosa, yang dilakukan oleh anggota badan, maupun yang tersembunyi di dalam hati.
- wara’,
Wara’ yaitu meninggalkan segala sesuatu yang syubhat, yaitu segala sesuatu yang yang diragukan hukumnya, tidak jelas halal-haramnya, dan meninggalkan segala sesuatu yang tidak berguna.
- Zuhud
Zuhud yaitu mengosongkan hati dari cinta terhadap dunia dan menjalani hidup untuk beribadah kepada Allah SWT, serta mengosongkan hati dari selain Allah SWT dan memusatkan hati kepada cinta-Nya.
- Faqir
Faqir yaitu menjalani hidup dengan kesadaran bahwa ia hanya membutuhkan Allah SWT.
- Sabar
Sabar yaitu sabar dalam menjalani perintah, sabar dalam meninggalkan larangan, sabar dalam menghadapi kesulitan, dan sabar atas ni’mah yang dilimpahkan oleh Allah SWT kepadanya.
- Tawakal
Tawakal yaitu menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah SWT, tidak bergantung kepada selain-Nya, dan tidak pula kepada amal perbuatannya (nafsunya).
- Rida
Rida yaitu menerima dengan senang hati segala sesuatu yang ditakdirkan oleh Allah SWT dan menyadari bahwa ketentuan-Nya lebih baik daripada keinginannya.

b. Ahwal
Ahwal adalah bentuk jamak dari ‘hal’ yang biasanya diartikan sebagai keadaan mental (mental states) yang dialami oleh para sufi di sela-sela perjalanan spiritualnya. “ahwal” sering diperoleh secara spontan sebagai hadiah dari Tuhan. Lebih lanjut kaum sufi mengatakan bahwa hal adalah anugerah dan maqam adalah perolehan. Tidak ada maqam yang tidak dimasuki hal dan tidak ada hal yang terpisah dari maqam.
hal juga terdiri dari beberapa macam. Namun, konsep pembagian atau formulasi serta jumlah hal berbeda-beda dikalangan ahli sufi. Diantara macam-macam hal yaitu :
•Muraqabah
Secara etimologi muraqabah berarti menjaga atau mengamati tujuan. Adapun secara terminologi muraqabah adalah salah satu sikap mental yang mengandung pengertian adanya kesadaran diri bahwa ia selalu berhadapan dengan Allah dan merasa diri diawasi oleh penciptanya.
• Khauf
Al-khauf adalah suatu sikap mental merasa takut kepada Allah karena kurang sempurna pengabdiannya atau rasa takut dan khawatir jangan sampai Allah merasa tidak senang kepadanya.
• Raja’
raja’ adalah sikap optimis dalam memperoleh karunia dan nikmat Allah SWT yang disediakan bagi hambaNya yang saleh dan dalam dirinya timbul rasa optimis yang besar untuk melakukan berbagai amal terpuji dan menjauhi perbuatan yang buruk dan keji.
• Syauq
Syauq bermakna lepasnya jiwa dan bergeloranya cinta. Para ahli sufi menyatakan bahwa syauq merupakan bagian dari mahabbah. Sehingga pengertian syauq dalam tasawuf adalah suasana kejiwaan yang menyertai mahabbah. Rasa rindu ini memancar dari kalbu karena gelora cinta yang murni. Untuk menimbulkan rasa rindu kepada Allah maka seorang salik terlebih dahulu harus memiliki pengetahuan dan pengenalan terhadap Allah. Jika pengetahuan dan pengenalan terhadap Allah telah mendalam, maka hal tersebut akan menimbulkan rasa senang dan gairah. Rasa senang akan menimbulkan cinta dan akan tumbuh rasa rindu, rasa rindu untuk selalu bertemu dan bersama Allah.
• Mahabbah
Cinta (mahabbah) adalah pijakan atau dasar bagi kemuliaan hal. Seperti halnya taubat yang menjadi dasar bagi kemuliaan maqam.Al-Junaid menyebut mahabbah sebagai suatu kecenderungan hati. Artinya, hati seseorang cenderung kepada Allah dan kepada segala sesuatu yang datang dariNya tanpa usaha. Tokoh utama paham mahabbah adalah Rabi’ah al-Adawiyah (95 H-185 H). Menurutnya, cinta kepada Allah merupakan cetusan dari perasaan cinta dan rindu yang mendalam kepada Allah.
• Tuma’ninah
Secara bahasa tuma’ninah berarti tenang dan tentram. Tidak ada rasa was-was atau khawatir, tak ada yang dapat mengganggu perasaan dan pikiran karena ia telah mencapai tingkat kebersihan jiwa yang paling tinggi.
• Musyahadah
Dalam perspektif tasawuf musyahadah berarti melihat Tuhan dengan mata hati, tanpa keraguan sedikitpun, bagaikan melihat dengan mata kepala. Hal ini berarti dalam dunia tasawuf seorang sufi dalam keadaan tertentu akan dapat melihat Tuhan dengan mata hatinya. Musyahadah dapat dikatakan merupakan tujuan akhir dari tasawuf, yakni menemukan puncak pengalaman rohani kedekatan hamba dengan Allah.
• Yaqin
Al-yaqin berarti perpaduan antara pengetahuan yang luas serta mendalam dan rasa cinta serta rindu yang mendalam pula sehingga tertanamlah dalam jiwanya perjumpaan secara langsung dengan Tuhannya. Dalam pandangan al-Junaid yaqin adalah tetapnya ilmu di dalam hati, ia tidak berbalik, tidak berpindah dan tidak berubah. Menurut al-Sarraj yaqin adalah fondasi dan sekaligus bagian akhir dari seluruh ahwal. Dapat juga dikatakan bahwa yaqin merupakan esensi seluruh ahwal .

Production Planning and Breakdown



A.      Ide Cerita dan Formulasi Ide Program
a.       Ide Program.
Acara ini terbuat karna saat saya pertama kali pergi kedaerah bandung disana terdapat banyak wilayah pariwisata tetapi hanya sebagian pariwisata yang diketahui oleh masyarakat yang dari luar wilayah bandung.
b.      Formulasi Ide Program.
Ide program acara ini adalah menyajikan acara yang menyampaikan tentang tempat tempat pariwisata yang menarik untuk dikunjungi, didalamnya terdapat informasi tentang tempat-tempat wisata.
B.      Faktor-faktor Yang Diperhatikan Terhadap Target Audience
Mengapa saya mengambil program acara ini karena terdapat keindahan dan hiburan yang disediakan oleh setiap tempat-tempat pariwisata. Biasanya orang tertarik saat melihat deskripsi gambaran dari tempat yang akan ia kunjungi.
C.      Pesan Yang Ingin Disampaikan  
       Pesan yang ingin disampaikan dalam program acara ini adalah masih banyaknya pariwisata yang ada dinegara kita (Indonesia) mengapa mesti keluar negri untuk mendapatkan pemanadangan atau keindahan alam atau buatan manusia.
D.      Memilih Saluran Yang Tepat
       Saluran yang cocok untuk program acara ini adalah TRANS7, karena trans7 sering kali menyajikan tentang wisata Indonesia.
E.       Memilih Waktu Tayang Yang Tepat
       Waktu yang tepat untuk program acara ini adalah setiap hari sabtu dan minggu pukul 08.00 sampai 09.30 WIB. Karena pada jam dan hari tersebut orang akan mencari tontonan yang menarik untuk ditonton.
F.       Ide Format Yang Lebih Spesifik
       Program acara ini merupakan hiburan dalam hal wisata, pada setiap segmentnya akan dijelaskan tentang tempat wisata yang sedang didatangi. Acara ini dipandu oleh 2 host laki-laki dan perempuan. Acara ini ditayangkan di televisi trans7 karena trans7 sering kali menyajikan tentang wisata Indonesia. Untuk jadwal program acara ini adalah setiap hari sabtu dan minggu pukul 08.00 sampai 09.30 WIB. Karena pada jam dan hari tersebut orang akan mencari tontonan yang menarik untuk ditonton.
G.     Treatment
       Durasi    : 1½ jam (90 Menit).
    Segment 1 : 12 Menit.
1.      Opening program   : pemutaran bumper in program.
2.      Opening host         : kedua host menyapa pemirsa dan membacakan tujuan perjalanan hari 
                                Ini.
3.      Babak 1
Dialog 1                 : Kedua host melihat-lihat pemandangan kota bandung
4.      Dialog 2                 : kedua host berbincang tentang kota bandung.
5.      Dialog 3                 : kedua host mengajak pemirsa mengunjungi kota bandung.
6.      Closing segmen      : pemutaran bumper out program.
7.      Iklan                      : Accu Yuasa, SAMSUNG, KYT. Cosmos. Okky jelly.
8.      Segment 2             : 24 menit.
9.      Opening segmen    : pemutaran bumper in program.
10.  Babak 2
Dialog 4                 : kedua host kembali menyapa pemirsa dan mengingatkan tentang
                                Perjalanan kekawah putih, Host sampai dikawah putih, lembang,
                                Bandung.
11.  Dialog 5                 : kedua host memberitahukan kepada pemirsa bahwa mereka sudah
                                Berada di kawah putih, lembang, bandung.
12.  Dialog 6                 : kedua host menjelaskan tentang kawah putih.
13.  Babak 3                :
Dialog 7                 : Sisi-sisi dibalik kawah putih.
14.  Dialog 8                 : menanyakan kepada orang yang mengerti tentang ukuran kandungan
                                                  Belerang kawah putih.
15.  Babak 4
Dialog 9                 : kedua host menanyakan bagaimana ekosistem yang ada dikawah                
                                Menanyakan kepada ahli.
16.  Dialog 10               : member tahu kesimpulan dari ahli.
17.  Closing segmen      : pemutaran bumper out program.
18.  Iklan                      : Accu Yuasa, SAMSUNG, KYT. Cosmos. Okky jelly.
19.  Segment 3             : 21 menit.
20.  Opening segmen    : pemutaran bumper in program.
21.  Babak 5
Dialog 11               : kedua host kembali menyapa pemirsa dan mengingatkan kembali
                                Tentang kejadian yang disegment 2.
22.  Babak 6
Dialog 12               : host melanjutkan perjalanan dan menanyakan tentang sejarah kawah
                                Putih.
23.  Dialog 13               : kedua host bertemu dengan orang yang mengetahui seluk beluk
                                                  Kawah putih dan menanyakan lebih spesifik.
24.  Babak 7
Dialog 14               : Melihatkan pemandangan kawah putih.
25.  Dialog 15               : kedua host asik bermain dipinggiran kawah putih.
26.  Closing segmen      : pemutaran bumper out program.
27.  Iklan                      : Accu Yuasa, SAMSUNG, KYT. Cosmos. Okky jelly.

28.  Segment 4             : 21 menit.
29.  Opening segmen    : pemutaran bumper in program.

30.  Babak 8
Dialog 16               : kedua host kembali menyapa pemirsa dan mengingatkan kembali
                                Tentang scene 1 dan 2.
31.  Dialog 17               : kedua host menanyakan kepada wisatawan bagaimana selama
                                Berwisata kekawah putih.
32.  Babak 9
Dialog 18               : kedua host bertemu dan berbincang dengan seorang penjual
                                lumpur Belerang.
33.  Dialog 19               : host laki-laki mencoba lumpur belerang.
34.  Babak 10
Dialog 20               : host perempuan berbincang kepada penjual lumpur menanyakan
                                Bagaimana keramaian tempat wisata ini.
35.  Dialog 21               : host memberitau bagaimana agar bisa melihat kawah dengan jelas.
36.  Dialog 22               : host memberitau tips-tips barang yang harus dibawa saat berwisata.
37.  Closing segmen      : pemutaran bumper out program.
38.  Iklan                      : Accu Yuasa, SAMSUNG, KYT. Cosmos. Okky jelly.
39.  Segment 5                         : 12 menit.
40.  Opening segmen    : pemutaran bumper in program.
41.  Babak 11
42.  Dialog 23               : kedua host memberi tahu jalan yang ditempuh untuk mencapai kawah
                                Kawah putih.
43.  Dialog 24               : memberikan info biaya yang dikeluarkan untuk berwisata.
44.  Dialog 25               : mengulas selama scene 1,2,3 dan 4.
45.  Dialog 26               : kedua host menutup program.
46.  Closing program    : pemutaran bumper out program.

H.     Tentatife Budget

Budget kasar
No.
Keterangan
Pengeluaran
1.
Anggaran  Set
Rp 50.000.000
2.
Lokasi
Rp 20.000.000
3.
Kostum
Rp 8.000.000
4.
Special effects
Rp 5.000.000
5.
Anggaran Pemain
Rp 80.000.000
6.
Konsumsi
Rp 2.500.000
7.
Anggaran Crew
Rp 35.000.000

TOTAL
Rp 200.500.000







I.        Schedule Produksi
Schedule produksi untuk taping episode Lembang, Bandung.
Hari, tanggal       : Sabtu - Minggu, 11-12 Agustus 2012.
No.
Hari, Tanggal
Jam
Lokasi
Keterangan
1.
Sabtu, 11 Agustus 2012
08.00-10.00
13.00-15.00


15.00-17.00
Bandung

Kawah putih



Taping untuk opening.
Taping untuk segmen 1.


Taping untuk segmen 2.

2.
Minggu, 12 Agustus 2012
10.00-12.00

14.00-17.00

Kawah putih
Taping untuk segmen 3.

Taping untuk segmen 4.
Taping untuk closing.