1) Pengertian Maqamat
Secara
harfiah Maqamat berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat orang berdiri atau
pangkal mulia. Istilah ini selanjutnya digunakan untuk arti sebagai jalan
panjang yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada dekat kepada Allah.
Dalam
bahasa inggris Maqamat dikenal dengan istilah stages yang artinya tangga.
Sedangkan dalam ilmu tasawuf maqamat berarti keddudukan hamba dalam pandangan
Allah berdasarkan apa yang telah diusahakan, baik melalui Riyadhah, Ibadah,
maupun mujahadah.
2) Pengertian Ahwal
Secara
Bahasa Al Ahwal merupakan jamak dari kata tunggal ha}l yang berarti keadaan
atau sesuatu (keadaan rohani), menurut syekh Abu Nash As-sarraj, ha}l adalah
sesuatu yang terjadi yang mendadak yang bertempat pada hati nurani dan tidak
bertahan lama.
Menurut
harun nasution, dalam Bukunya abuddin Nata Akhlak Tasawuf. Hal atau akhwal
merupakan keadaan mental perasaan senang, perasaan takut, perasaan sedih, dan
sebagainya.
Sedangkan
Menurut imam al Ghozali dalam Bukunya Tim Penyusun MKD Iain Sunan Ampel
Surabaya. menerangkan bahwa, hal adalah kedudukan atau situasi kejiwaan yang
dianugrahkan Allah kepada seorang hamba pada suatu waktu, baik sebagai buah
dari amal saleh yang mensucikan jiwa atau sebagai pemberian semata.
Pada
Istilah Maqam atau arti jamak adalah maqamat , sebagaimana juga ahwal, yang
dipahami berbeda menurut para sufi. Namun semuanya sepakat dalam memahami
maqamat yang berarti kedudukan seorang pejalan spiritual atau sufi di hadapan
ALLAH yang diperoleh melalui kerja keras dalam beribadah kepadaNya,
bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu (mujahadah), serta latihan-latihan
keruhanian budi-pekerti (adab) yang dapat membuatnya memiliki syarat - syarat
dalam melakukan usaha - usaha untuk menjalankan berbagai kewajiban dengan baik
dan mendekati sempurna.
Sedangkan
hal atau arti jamak adalah ahwal adalah suasana atau keadaan yang menyelimuti
kalbu, yang diciptakan sebagai hak prerogatif pada Allah dalam hati setiap
hambanNya, tidak ada sufi yang mampu merubah keadaan tersebut apabila datang
saatnya, atau memperhatikannya apabila pergi.
Meskipun
pengertian dari Maqamat dan Ahwal ini pada dasarnya merupakan suatu kesepakatan
atau persetujuan para kaum sufi, Mereka tentu saja adalah hasil ijtihad dan
juga bukan dari bagian kepastian-kepastian dalam aturan Islam qath’iyyat.
Karena hal itu, bukan hanya merupakan pengertian yang tidak dijumpai di
kalangan di luar materi tasawuf, bahkan para sufi masing – masing berbeda-beda
dalam perinciannya.
Intinya
adalah, macam-macam pengertian ini diperkenalkan dengan maksud sebagai bagian
dari pentingnya disiplin dalam tasawuf, yang tujuan perjalanan spiritual , baik
itu pemahaman tentang Allah, keridhaanNya, Cinta-Nya dapat dicapai dengan
demikian, kesimpulan yang ditarik oleh para sufi berdasarkan pemahaman mereka
tentang konsep-konsep yang menyusun urut-urutan dan macam-macam maqamat dan
ahwal dan atau berdasarkan pengalaman yang mereka jalani sendiri ketika
menempuh jalan spiritual. Dengan demikian, tidak semua pejalan spiritual harus
mengikuti, menjalani, atau mengalami maqamat dan ahwal persis sebagaimana
disebutkan oleh para sufi itu untuk dapat mencapai tujuan perjalanan spiritual.
Yang pasti, dibutuhkan kualifikasi-kualifikasi spiritual yang terkait dengan
keadaan hati dan ketinggian akhlak untuk meraih hal itu. Dan semuanya itu
diyakini dibutuhkan upaya keras dan bersungguh-sungguh dalam melawan hawa nafsu
mujahadah serta latihan-latihan keruhanian riyadhah
A. Istilah-istilah
dalam Maqamat dan Ahwal
a.
Maqamat
Maqamat,
bentuk jamak dari maqam berarti tahapan, tingkatan, atau kedudukan. Jadi,
maqamat adalah tahapan rohani yang ditempuh oleh para pengamal tasawuf untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Ada
beberapa tingkatan dalam maqam yaitu:
- Tobat
Orang
yang menempuh jalan sufi terlebih dahulu harus bertobat dari dosa, yang
dilakukan oleh anggota badan, maupun yang tersembunyi di dalam hati.
- wara’,
Wara’
yaitu meninggalkan segala sesuatu yang syubhat, yaitu segala sesuatu yang yang
diragukan hukumnya, tidak jelas halal-haramnya, dan meninggalkan segala sesuatu
yang tidak berguna.
- Zuhud
Zuhud
yaitu mengosongkan hati dari cinta terhadap dunia dan menjalani hidup untuk
beribadah kepada Allah SWT, serta mengosongkan hati dari selain Allah SWT dan
memusatkan hati kepada cinta-Nya.
- Faqir
Faqir
yaitu menjalani hidup dengan kesadaran bahwa ia hanya membutuhkan Allah SWT.
- Sabar
Sabar
yaitu sabar dalam menjalani perintah, sabar dalam meninggalkan larangan, sabar
dalam menghadapi kesulitan, dan sabar atas ni’mah yang dilimpahkan oleh Allah
SWT kepadanya.
- Tawakal
Tawakal
yaitu menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah SWT, tidak bergantung kepada
selain-Nya, dan tidak pula kepada amal perbuatannya (nafsunya).
- Rida
Rida
yaitu menerima dengan senang hati segala sesuatu yang ditakdirkan oleh Allah
SWT dan menyadari bahwa ketentuan-Nya lebih baik daripada keinginannya.
b. Ahwal
Ahwal
adalah bentuk jamak dari ‘hal’ yang biasanya diartikan sebagai keadaan mental
(mental states) yang dialami oleh para sufi di sela-sela perjalanan
spiritualnya. “ahwal” sering diperoleh secara spontan sebagai hadiah dari
Tuhan. Lebih lanjut kaum sufi mengatakan bahwa hal adalah anugerah dan maqam
adalah perolehan. Tidak ada maqam yang tidak dimasuki hal dan tidak ada hal
yang terpisah dari maqam.
hal juga
terdiri dari beberapa macam. Namun, konsep pembagian atau formulasi serta
jumlah hal berbeda-beda dikalangan ahli sufi. Diantara macam-macam hal yaitu :
•Muraqabah
Secara
etimologi muraqabah berarti menjaga atau mengamati tujuan. Adapun secara
terminologi muraqabah adalah salah satu sikap mental yang mengandung pengertian
adanya kesadaran diri bahwa ia selalu berhadapan dengan Allah dan merasa diri
diawasi oleh penciptanya.
• Khauf
Al-khauf
adalah suatu sikap mental merasa takut kepada Allah karena kurang sempurna
pengabdiannya atau rasa takut dan khawatir jangan sampai Allah merasa tidak
senang kepadanya.
• Raja’
raja’
adalah sikap optimis dalam memperoleh karunia dan nikmat Allah SWT yang
disediakan bagi hambaNya yang saleh dan dalam dirinya timbul rasa optimis yang
besar untuk melakukan berbagai amal terpuji dan menjauhi perbuatan yang buruk
dan keji.
• Syauq
Syauq
bermakna lepasnya jiwa dan bergeloranya cinta. Para ahli sufi menyatakan bahwa
syauq merupakan bagian dari mahabbah. Sehingga pengertian syauq dalam tasawuf
adalah suasana kejiwaan yang menyertai mahabbah. Rasa rindu ini memancar dari
kalbu karena gelora cinta yang murni. Untuk menimbulkan rasa rindu kepada Allah
maka seorang salik terlebih dahulu harus memiliki pengetahuan dan pengenalan
terhadap Allah. Jika pengetahuan dan pengenalan terhadap Allah telah mendalam,
maka hal tersebut akan menimbulkan rasa senang dan gairah. Rasa senang akan
menimbulkan cinta dan akan tumbuh rasa rindu, rasa rindu untuk selalu bertemu
dan bersama Allah.
•
Mahabbah
Cinta
(mahabbah) adalah pijakan atau dasar bagi kemuliaan hal. Seperti halnya taubat
yang menjadi dasar bagi kemuliaan maqam.Al-Junaid menyebut mahabbah sebagai
suatu kecenderungan hati. Artinya, hati seseorang cenderung kepada Allah dan
kepada segala sesuatu yang datang dariNya tanpa usaha. Tokoh utama paham
mahabbah adalah Rabi’ah al-Adawiyah (95 H-185 H). Menurutnya, cinta kepada
Allah merupakan cetusan dari perasaan cinta dan rindu yang mendalam kepada
Allah.
• Tuma’ninah
Secara
bahasa tuma’ninah berarti tenang dan tentram. Tidak ada rasa was-was atau
khawatir, tak ada yang dapat mengganggu perasaan dan pikiran karena ia telah
mencapai tingkat kebersihan jiwa yang paling tinggi.
•
Musyahadah
Dalam
perspektif tasawuf musyahadah berarti melihat Tuhan dengan mata hati, tanpa
keraguan sedikitpun, bagaikan melihat dengan mata kepala. Hal ini berarti dalam
dunia tasawuf seorang sufi dalam keadaan tertentu akan dapat melihat Tuhan
dengan mata hatinya. Musyahadah dapat dikatakan merupakan tujuan akhir dari
tasawuf, yakni menemukan puncak pengalaman rohani kedekatan hamba dengan Allah.
• Yaqin
Al-yaqin
berarti perpaduan antara pengetahuan yang luas serta mendalam dan rasa cinta
serta rindu yang mendalam pula sehingga tertanamlah dalam jiwanya perjumpaan
secara langsung dengan Tuhannya. Dalam pandangan al-Junaid yaqin adalah
tetapnya ilmu di dalam hati, ia tidak berbalik, tidak berpindah dan tidak
berubah. Menurut al-Sarraj yaqin adalah fondasi dan sekaligus bagian akhir dari
seluruh ahwal. Dapat juga dikatakan bahwa yaqin merupakan esensi seluruh ahwal
.
terima kasih ya, sangat bermamfaat^^
BalasHapusmakasih
BalasHapusmakasih vroh
BalasHapusTerima kasih..inilah jawaban yg selama ini saya cari2..Allahu Akbar
BalasHapusTerima kasih..inilah jawaban yg selama ini saya cari2..Allahu Akbar
BalasHapusTERIMA KASIH,semoga ilmu kita bermamfaat,,amin
BalasHapusMungkin bisa dicantumkan sumbernya
BalasHapusAlhamdulillah saya mendapat jawaban yang luar biasa,,yang mana dapat saya pahami,, terima kasih
BalasHapusBagaimana hubungan mahkomat Dan ahwal
BalasHapus